Serial Obrolan
Hangat Bagian 2
PEMAHAMAN UMAT TERHADAP AGAMANYA SENDIRI
Oleh Juhdi Mulyadi
Lanjutan dari Obrolan hangat bagian 1 :
Pertanyaan 2
Pertanyaan berikutnya yang dia tanyakan adalah
tentang Beragama dengan mengedepankan Akal atau logika, menurut dia itu sangat
berbahaya karena tidak semua permasalahan yang berhubungan dengan agama itu
bisa dijangkau oleh Akal sehingga dikhawatirkan akan tersesat.
Dia mencontohkan bahwa Allah dan Ruh tidak bisa
dijangkau oleh Akal atau tidak semua ayat-ayat Al-Qur’an juga bisa dijangkau
oleh Akal, jadi menurut dia dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an harus tetap
berpatokan pada Hadist, Kitab – kitab Tafsir dan pendapat para Ulama.
Jawaban 2
Itu sich menurut dia, kalau menurut saya mah beda
banget gitu looohhh.
Mungkin ada kesalahpahaman dalam menyikapi Akal
yang dimaksud disini, untuk lebih jelasnya baca artikel Apa itu Tafakur di edisi
sebelumnya atau klik disini agar tidak menjadi fitnah.
Akal itu sangatlah penting karena Akal merupakan
fasilitas yang Allah berikan kepada manusia sebagai pembeda antara manusia
dengan binatang. Karena dengan Akal itulah manusia bisa belajar untuk mencari
ilmu, karena dengan Akal itulah manusia bisa berpikir dan memikirkan sesuatu, karena
dengan Akal lah manusia bisa menganalisa untuk membedakan mana yang benar dan
mana yang salah, dan karena Akal lah manusia bisa mentafakuri Kekuasaan Allah
lewat tanda – tanda yang Dia perlihatkan di seluruh penjuru Alam Semesta ini,
serta dengan Akal lah manusia bisa beriman kepada Sang Penciptannya dengan keimanan
yang mantap atas dasar Tauhid yang benar-benar Murni.
S U R A T A L - I M
R O N
3:18. Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan
orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada
Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
S U R A T A L - B A
Q A R A H
2:269. Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang dalam
tentang Al Qur'an dan As Sunah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang
siapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia
yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil
pelajaran (dari firman Allah).
S U R A T A L - H A
J J
22:3. Di antara manusia ada orang yang membantah tentang
Allah tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap setan yang sangat
jahat,
22:8. Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah
tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab
(wahyu) yang bercahaya,
22:54. dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu,
meyakini bahwasanya Al Qur'an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman
dan tunduk hati mereka kepadanya, dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi
petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.
S U R A T A Z - Z U
M A R
39:42. Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan
(memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah
jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang
lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir
Memang ada beberapa
kelompok atau golongan tertentu yang seolah-olah Alergi bahkan mengharamkan
bila berbicara tentang Akal yang disangkutpautkan dengan masalah Agama, mereka
menanamkan Doktrin yang luar biasa kepada pengikutnya untuk tunduk dan patuh
terhadap Hadist, Kitab-kitab Tafsir dan pendapat para Ulama atau pimpinannya sekalipun
dalil-dalilnya itu bertentangan dengan Al-Qur’an, mereka tidak menyadari bahwa
itu semua adalah buatan manusia, tidak ada yang menjamin keasliannya maupun
kebenarannya. Sementara Al-Qur’an yang merupakan Firman Allah dan dijamin
Keasliannya secara langsung oleh Sang Pembuat Al-Qur’an tersebut malah
diabaikan dan ditakut-takuti bila ada yang mau mengkajinya....terlaaaaaluuuu.
S U R A T A L - A N
' A A M
6:115. Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Qur'an ),
sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah
yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
S U R A T A L - W A
Q I ' A H
56:77. sesungguhnya Al Qur'an ini adalah bacaan yang sangat
mulia,
56:78. pada kitab yang terpelihara (Lohmahfuz),
S U R A T A L - H I
J R
15:9. Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.
S U R A T T H A H A
20:2. Kami tidak
menurunkan Al Qur'an ini
kepadamu agar kamu menjadi susah;
20:100. Barang siapa berpaling daripada Al Qur'an maka
sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat,
Saya setuju kalau hanya mengedepankan Akal saja dalam beragama memang
bisa menyesatkan, bahkan mungkin kita akan tersesat masuk kedalam kelompok
Liberal misalnya, atau malah menjadi Atheis. Sebetulnya saya sudah menjelaskan
panjang lebar dalam artikel “ Apa itu Tafakur ?”. Dalam artikel tersebut
dijelaskan bahwa saya mengunakan metode 2 T yaitu Tafakur dan Tadzakur dengan
mengaktifkan Logika dan Rasionalitas disertai Perasaan dan Akal Sehat, jadi
Insya Allah tidak bakalan tersesat dan menyesatkan. [ baca artikel : Apa itu
Tafakur ? klik disini ]
Boleh-boleh saja kita menggunakan Hadist, Kitab-kitab Tafsir
[ yang sudah ada ], Pendapat para Ulama dan Pendapat para pemimpin kelompok,
namun jangan sampai menanggalkan Akal yang menjadi saringan untuk membedakan
mana yang benar dan mana yang salah dan jangan sampai Taklid
membuat Akal menjadi beku dan mata hati menjadi buta. Cobalah berpikir secara
objektif, janganlah apriori terhadap
sumber-sumber lain diluar golongan anda, karena siapa tahu bisa membuka wawasan
cara berpikir anda. Cobalah belajar menganalisa kenapa sampai terjadi perbedaan
dalam mengambil suatu dalil untuk dijadikan hujah pada masing-masing golongan.
Mari kita belajar berpikir dan belajar menganalisa, kalaulah
memang Hadist itu merupakan Perkataan dan Perbuatan Nabi Muhammad yang
dipercaya sebagai sumber kedua setelah Al-Qur’an kenapa muncul istilah Hadist Maudu
[ Palsu ], Hadist dhaif [ Lemah ], Hadist Hasan [ Cacat ] dan Hadist Shahih [
Memenuhi Syarat ] ? Selain Hadist Shahih, kenapa Hadist yang lainnya tidak
dimusnahkan atau dilarang penggunaannya dan anehnya selain hadist shahih
tersebut masih saja ada yang menggunakannya sebagai hujah, kenapa ? karena
ternyata tiap-tiap golongan punya kriteria sendiri-sendiri dalam menentukan
tingkatan hadist tersebut dan juga masing-masing golongan tersebut memiliki
sumber rujukan hadist tersendiri sesuai dengan penulis hadist yang mereka
jagokan dan mazhab yang mereka yakini. Jadi begitu bingungnya umat ketika
dihadapkan pada kenyataan bahwa begitu banyaknya penulis Hadist dan Mazhab,
yang manakah yang harus dipilih ? [ lihat tentang Hadist dan Mazhab ], Apakah
di dalam kitab hadist yang katanya sudah dipastikan kesahihannya dijamin tidak
ada yang bertentangan dengan Al-Qur’an ?
Contoh kasus nyata :
Terjadinya perbedaan tentang tata cara ibadah
seperti Shalat Wajib padahal hal tersebut dilaksanakan tiap hari oleh
Rasulullah dan para sahabatnya namun sampai ke kita sekarang ini menjadi
berbagai versi, manakah yang benar ? Wallahualam.
Atau Shalat Tarawih yang dilaksanakan oleh
Rasulullah dan para sahabatnya setiap bulan Ramadhan, masih saja berbeda dizaman
kita sekarang, manakah yang benar 11 rakaat ataukah 23 rakaat ? Wallahualam.
Coba bayangkan, yang dilakukan Rasulullah secara
rutin saja sampai ke zaman kita menjadi berbeda apalagi perkataan – perkataan
Rasulullah ? apakah dijamin tidak terdistorsi ? apakah redaksional yang
dikatakan Rasulullah pada saat itu sesuai dengan redaksi hadist sekarang, siapa
yang bisa menjamin ? Apalagi penulis-penulis hadist itu hidup jauh setelah
zamannya Nabi Muhammad, contohnya Bukhari yang hidup sekitar 190 tahun setelah
wafatnya Nabi Muhammad yang setidak-tidaknya memerlukan minimal 3 – 4 generasi
yang menjembatani informasi dari Bukhari sampai Nabi Muhammad, bagaimanakah
tingkat keakurasian dari redaksional hadist tersebut?
Hal ini berbeda dengan metode kodifikasi Al - Qur'an, silahkan baca disini
Saya tidak bermaksud mengacaukan pemahaman anda
selama ini, hanya saya mengajak anda untuk berpikir dengan menggunakan Akal
Sehat dalam menyaring informasi dari hadist tersebut siapapun penulisnya agar
selalu di kroscek dengan Al-Qur’an dan bila bertentangan dengan Al-Qur’an maka
hadist tersebut batal demi hukum, karena Nabi Muhammad juga hanya mengikuti apa
yang diwahyukan kepadanya yaitu Al-Qur’an. Sebenarnya kalau mencermati surat
Al-A’raf di bawah ini, tidak mungkin Nabi Muhammad mengatakan sesuatu selain
dari wahyu dan tidak mungkin ada wahyu lain yang tertulis diluar Al-Qur’an.
S U R A T A L - A '
R A F
7:203. Dan apabila kamu tidak membawa suatu ayat Al Qur'an
kepada mereka, mereka berkata: "Mengapa tidak kamu
buat sendiri ayat itu?" Katakanlah: Sesungguhnya
aku hanya mengikut apa yang diwahyukan
dari Tuhanku kepadaku. Al Qur'an ini adalah bukti-bukti yang nyata dari
Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
S U R A T A L - A N
' A A M
6:19. Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?"
Katakanlah: "Allah. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al Qur'an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan
kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al Qur'an (kepadanya). Apakah
sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping
Allah?" Katakanlah: "Aku tidak mengakui". Katakanlah:
"Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas
diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)"
6:50. Katakanlah: "Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa
perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib dan
tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta
dengan orang yang melihat?" Maka
apakah kamu tidak memikirkan (nya)?
S U R A T Y U N U S
10:15. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami
yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata:
Datangkanlah Al Qur'an yang lain dari ini atau gantilah dia". Katakanlah:
"Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai
Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)".
Mengenai Metode Tafsir Al-Qur’an yang saya gunakan selama ini adalah dengan
menggunakan metode TEMATIK , Metode ini adalah metode tafsir yang
berusaha mencari jawaban Al-Qur'an dengan cara mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an
yang mempunyai tujuan satu, yang bersama-sama membahas topik atau judul
tertentu dan menertibkannya sesuai dengan masa turunnya selaras dengan
sebab-sebab turunnya, kemudian memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan
penjelasan-penjelasan, keterangan-keterangan dan hubungan-hubungannya dengan
ayat-ayat lain kemudian mengambil hukum-hukum darinya. [ baca : Tafsir, klik
disini ]
Jadi dengan penjelasan diatas, Insya Allah bisa menjawab pertanyaan
bahwa Allah dan Ruh memang tidak bisa dijangkau oleh Akal namun bisa dirasakan
kehadiran-Nya lewat pintu Perasaan kita, sementara Logika, Rasionalitas, dan
Akal Sehat merupakan pintu pembuka untuk mencapai tingkat rasa keimanan yang
sangat mendalam karena pencapaian tingkat keimanan kita tersebut melalui
anugerah ILMU dan KEPAHAMAN yang diberikan oleh Allah SWT.
Seperti halnya perumpamaan sebuah pohon yang terus disirami
air hujan sehingga tumbuh dan berkembang menjadi pohon yang tinggi dan besar
yang ditunjang oleh akar yang kokoh menancap kedalam tanah dan berbuah lebat
sepanjang masa. Pohon tersebut tidak akan tergoyahkan oleh Badai yang dahsyat
sekalipun.
Dari perumpamaan tersebut diibaratkan Keimanan itu adalah
sebuah pohon, Air hujan itu adalah Tafakur dan Tadzakur, Buah dari pohon tersebut adalah Ilmu sementara
Badai adalah godaan setan.
Kesimpulan :
Al-Qur’an mengajarkan manusia untuk selalu menggunakan semua
fasilitas dan potensi dirinya agar menjadi manusia yang berilmu dan keluar dari
kebodohan.
Islam bukanlah ajaran yang bersifat Dogmatis, jadi janganlah
Taklid Buta dalam beragama karena kita akan menjadi manusia yang bodoh dan
tidak tahu apa-apa yang hanya menurut saja apa kata pimpinanya [ mending kalau
benar, nah kalau salah ? celaka dua belas dech kita ].
Teruslah belajar mendalami agama dengan selalu memohon
petunjuk-Nya dan mohon diberi kemudahan dalam mempelajari agama-Nya dengan belajar
mengkaji dan memahami Al-Qur’an.
Janganlah merasa sombong & Takabur dengan merasa bahwa
diri kita yang paling benar dan paling pintar sementara yang lain itu salah dan
bodoh.
Semoga Bermanfaat dan Selamat Belajar Memahami Hidup ini.
|
Salam Damai |
Cikampek, 22 June 2013
Wassalam
Penulis
Juhdi Mulyadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar