Serial Obrolan Hangat Bagian 1
PEMAHAMAN UMAT TERHADAP
AGAMANYA SENDIRI
Oleh : Juhdi Mulyadi
Suatu hari saya diskusi dengan
seorang teman lama dengan topik perkembangan dan pemahaman umat Islam terhadap
Agama nya sendiri dan kebetulan dia sedang belajar mendalami Agama Islam dari
salah satu golongan atau kelompok yang menurut dia sangat cocok dalam
memberikan pencerahan terhadap apa yang selama ini dia cari meskipun agak
sedikit fanatik namun dia lebih moderat, dan dia tahu bahwa saya bukanlah
jamaah dari golongan tertentu.
Diskusi ini sangat menarik karena
saya bisa bertukar pikiran dengan dia meskipun saya yang dijadikan objek dalam diskusi
ini dan sepertinya dia mau mengajak saya untuk masuk dalam jamaahnya dia, namun
tidak apalah karena saya ingin belajar untuk selalu berpikir positif dan
sekaligus memahami pola pikir orang yang terkungkung dalam pemikiran jamaahnya.
Diskusi dimulai dari pertanyaan – pertanyaan yang dia ajukan kepada saya :
Pertanyaan 1 :
Kenapa ente tidak mau masuk menjadi jamaah dalam kelompok tertentu ?
Hati-hati lho..belajar sendiri nanti gurunya setan, apalagi belajar Al-Qur’an
itu harus tahu Ilmu Hadist, bahasa Arab, tahu Asbabun Nuzulnya, tahu
Kitab-kitab Tafsir dan yang penting harus ada guru yang ahli dibidang ilmu
Al-Qur’an yaitu para Ulama.
Jawaban 1 :
Saya tidak tertarik untuk menjadi jamaah dari salah satu kelompok atau
golongan tertentu karena saya ingin mendalami agama secara Objektif dan bukan
secara Subjektif, sehingga pemikiran saya akan lebih bebas dan terbuka dalam
menganalisa dan memahami permasalahan yang ada dan lebih siap dalam meghadapi
segala bentuk perbedaan. Tentunya kesendirian saya ini bukan berarti saya
menggunakan pendapat pribadi sebagai dalil atau hujah melainkan selalu mengacu
pada sumber dari segala sumber hukum yaitu Al-Qur’an.
Bila kita masuk dalam jamaah tertentu maka pola pikir kitapun akan digiring
kedalam pemahaman sesuai dengan kebijakan dari kelompok tersebut jadi
sedikitnya akan membatasi keobjektifan kita dalam berpikir dan menganalisa
suatu masalah. Dan biasanya kita akan menganggap bahwa kelompoknyalah yang
paling benar karena dalil-dalilnya paling akurat, sementara kelompok lain itu
salah dan pemimpinnyalah yang paling ahli dan paling pintar sementara kelompok
lain tidak. Akhirnya masuklah dia dalam perangkap Peng-Kultus-an Individu dan
Fanatisme Golongan yang bisa menggerogoti kemurnian dari Tauhid kita. [ baca juga : Artikel tentang ” Tauhid ”, disini ]
Inilah pemikiran yang mau saya hindari dan jauhi sejauh-jauhnya! Karena
menurut saya agama Islam itu satu-satunya agama di dunia yang tidak bersifat
Dogmatis dan Al-Qur’an yang merupakan satu-satunya Kitab Suci di dunia yang
paling terjamin keasliannya, bukanlah milik para Ustadz, Kyai ataupun Ulama
untuk mengkaji dan mempelajarinya serta bukan merupakan hak prerogatif mereka
untuk menafsirkan makna dan menyatakan bahwa tafsir mereka yang paling benar
dan yang paling mendekati kebenaran
Mutlak sehingga semua harus mengacu pada penafsirannya dengan metode Taklid ”
tidak boleh tidak ”.
Bagaimana hal ini bisa diikuti sebagai standard mutlak yang harus
dijalankan oleh seseorang yang akan mulai
belajar memahami Al-Qur’an. Dengan begitu banyaknya kitab tafsir yang bisa dijadikan sumber,
dimana masing-masing kitab tafsir tersebut bisa saja berbeda satu sama lain
dalam memahami atau menafsirkan suatu ayat.
Dia tidak menyadari bahwa kenapa selama ini banyak terjadi perbedaan yang
menyebabkan bermunculannya kelompok-kelompok, jamaah-jamaah,
organisasi-organisasi, aliran-aliran dan sebagainya yang masing-masing memiliki
dalil atau hujah favoritnya dimana satu sama lain saling mempertahankan argumentasinya
sehingga tidak ada lagi ruang untuk mempersatukan persepsi atau pemahaman.
Perbedaan itu sah-sah saja dan saya pun tidak mempersoalkan itu, namun
kalau merasa dirinya atau kelompoknya yang paling benar, maka itulah yang menjadi masalah besar ! Sementara
Kebenaran hanyalah milik Allah SWT. Saya pun memakluminya karena kita hidup
jauh setelah masa Rasulullah.
Seperti halnya dalam suatu konser musik yang tentunya memakai berbagai alat
musik dengan karakter suara yang dihasilkan oleh masing-masing alat musik
tersebut pastinya berbeda ditambah suara penyanyinya yang juga beda , namun
karena acuan dan tujuan semuanya sama maka perbedaan karakter suara itu bisa
menghasilkan harmonisasi nada yang indah dan nikmat untuk didengar meski tanpa
dirigen sekalipun.
Namun apa yang akan terjadi bila masing-masing alat musik tersebut merasa
yang paling punya karakter dan paling hebat sehingga satu sama lain ingin
saling mengalahkan dan ingin menjadi pemenangnya , ditambah lagi sang penyanyi
yang merasa punya suara bagus, maka dia bernyanyi seenak udelnya tanpa
menghiraukan irama musik yang memang juga kacau. Tentunya anda bisa
membayangkan sendiri bagaimana kekacauan yang akan terjadi dengan konser musik
tersebut hehehehe, dijamin dech..penontonnya pada ngacir.
Atau analogi yang lain : Bagaimana harmonisasi bumbu pada suatu hidangan
bisa menghasilkan sensasi kenikmatan yang luar biasa saat memasuki mulut kita,
namun apakah yang akan terjadi bila masing-masing bumbu ingin eksis dalam
hidangan tersebut , misalnya yang ingin eksis itu garam, atau gula, atau asam
cuka ? Namun itupun tergantung dari masing-masing selera orang karena ada juga
orang yang suka asin, suka manis, suka asam, suka pedas dan lain-lain. Namun bagi yang suka
keseimbangan maka kata ” terlalu ” itu menjadi sesuatu yang bisa mengurangi sensasi
kenikmatan rasa tersebut.
Coba pahami dua ayat berikut ini :
S U R A T A L - A N ' A A M
6:159. Sesungguhnya
orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah)
menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikit
pun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah
(terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa
yang telah mereka perbuat.
S U R A T
A L - M U ' M I N U N
23:53.
Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah
belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi
mereka (masing-masing).
Inilah gambaran yang terjadi pada umat
sekarang dimana show-show konser sudah tidak lagi banyak penggemarnya, namun
meski begitu cara-cara lama dalam menarik simpati orang masih saja tetap
digunakan sehingga orang malah semakin menjauh dan menjauh yang akhirnya mereka
mengenal konser tersebut hanya sebatas brosur dan slogannya saja, kondisi yang
meprihatinkan ini ditambah lagi dengan banyaknya penyanyi – penyanyi yang
bersolo karir, meski dengan suara yang pas-pasan namun karena merasa memiliki
sesuatu yang menjadi nilai jualnya maka ia pun bisa sukses meraup keuntungan. Mudah-mudahan pembaca bisa memahami analogi
yang saya buat ini.
Saya bukanlah orang yang anti
jamaah, kelompok atau golongan, silahkan saja terserah pilihan masing-masing
orang yang penting tidak saling mengkafirkan dan saling menyalahkan yang
membuat umat semakin bingung dan akhirnya malah menjauh. Saya juga menghormati
para Ulama, Kyai, ustadz baik yang sekarang maupun yang terdahulu dengan
karya-karyanya juga termasuk anda yang memiliki interpretasi dan cara pandang
yang berbeda dalam menyikapi masalah agama.
Kemunculan pemikiran bahwa kalau
belajar Al – Qur’an “ sendirian “ maka gurunya setan, Hahahahaha saya tertawa,
bukannya ngeledek tapi saya merasa lucu saja karena mungkin saking takutnya dia
disesatkan oleh setan maka dia lebih memilih untuk tidak membaca apalagi
mengkaji Al-Qur’an, sehingga dia merasa lebih aman bila jauh dari Al-Qur'an …..
hehehehehe, menurut saya sich ini merupakan kondisi kritis yang sangat
berbahaya. Seharusnya tugas para Ustadz, Ulama dan dan Kyai untuk mengajak dan
mendorong serta memberikan motivasi agar umat mau belajar memahami dan mengkaji
Al-Qur’an, dan bukan hanya membaca huruf Arabnya saja.
Sungguh kasihan karena mereka
tidak tahu bahwa di dalam Al-Qur’an itu berisi berbagai informasi-informasi
yang sangat penting dan akurat seperti misalnya mengenai Siapakah Sang Pencipta
Alam Semesta ini, mengenai Perintah dan
Larangan, mengenai kehidupan di Dunia dan di Akhirat kelak dan sebagainya :
S U R A T
A L - N A H L
16:98. Apabila kamu membaca Al Qur'an, hendaklah
kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.
16:99. Sesungguhnya setan ini tidak ada
kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya.
16:100. Sesungguhnya kekuasaannya (setan)
hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang
yang mempersekutukannya dengan Allah.
Padahal Al-Qur’an ini berisi penjelasan yang sempurna bagi manusia, tapi
kenapa manusia malah menjahuhinya dan malah lebih percaya pada perkataan dan
pendapat manusia lagi yang belum tentu dijamin kebenarannya.
S U R A T
I B R A H I M
14:52. (Al Qur'an) ini adalah penjelasan yang
sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan
supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar
orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.
S U R A T
A L - H I J R
15:1. Alif, laam, raa. (Surat) ini adalah (sebagian dari) ayat-ayat
Al-Kitab (yang sempurna), yaitu (ayat-ayat) Al Qur'an yang memberi penjelasan.
Untuk mengakaji Al-Qur’an itu perlu mengerti Ilmu
Hadist, mengerti Bahasa Arab, Asbabun
Nuzul, Kitab Tafsir dan orang yang dianggap ahli dalam ilmu Al-Qur’an yaitu para Ulama.
Pemikiran inilah yang semakin menjauhkan umat dari Al-Qur’an, karena dalam benak mereka tertanam
sugesti bahwa Al-Qur’an itu sangat susah dan tidak boleh sembarang orang untuk mempelajari
dan mengkajinya apalagi menafsirkannya, coba saja anda bayangkan perlu berapa
lama kita bisa mengerti dan fasih dalam bahasa Arab ? Apakah selama itu
pula kita tidak boleh memahami dan mengkaji Al-Qur’an ?
Apakah semua ayat Al-Qur’an itu memiliki Asbabun
Nuzul dan Tafsirnya ? Atau apakah semua ayat Al-Qur’an itu bisa dijelaskan oleh
Hadist ? Terus apakah yang menjadi kriteria bahwa seseorang itu bisa dikatakan
ahli dalam bidang Al-Qur’an ? apakah gelar ustadz, Kyai, Ulama atau gelar S.ag
dan Lc dibelakang namanya ? karena saya
yakin orang yang dianggap ahlipun didalam hatinya dia mengakui dan merasa bahwa
dia bukanlah seorang ahli tafsir seperti anggapan orang mengenai dirinya.
Nah, Apakah Hadist, Tafsir dan Asbabun Nuzul bisa menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an di bawah
ini
S U R A T
A L - I M R O N
3:7.
Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada
ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur'an dan yang lain
(ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong
kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat
untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang
mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya
berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya
itu dari isi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran
(daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.
S U R A T
A L - A N B I Y A
21:30. Dan apakah orang-orang yang kafir tidak
mengetahui bahwasanya
langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu,
kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?
S U R A T
A L - B A Q A R A H
2:22. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai
hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan)
dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan
sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi
Allah, padahal kamu mengetahui.
Saya juga bukanlah orang yang anti terhadap Hadist, Kitab Tafsir,
Asbabun Nuzul dan lain-lain, namun disini saya mengajak kita semua untuk tidak berpikir
secara kontekstual karena Al-Qur’an ini bersipat dinamis, Al-Qur’an
menganjurkan manusia menggunakan Logika, Rasionalitas dibarengi dengan Perasaan
dan Akal Sehat dalam memahami Ayat-ayat Nya yang terhampar luas yang tentunya
ini akan menjadi pelajaran bagi orang yang mau memikirkannya karena Al-Qur’an
ini pun sudah dijelaskan secara terperinci.
S U R A
T H U U D
11:1. Alif
Laam Raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta
dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha
Bijaksana lagi Maha Tahu,
S U R A T A L - B A Q A R A H
2:269. Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman
yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan
barang siapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi
karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat
mengambil pelajaran (dari firman Allah).
S U R A T
A L - I M R O N
3:190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal,
S U R A T
A L - I M R O N
3:191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka.
S U R A T
A L - J A T S I Y A H
45:13. Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada
di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang berpikir.
Dan jawaban terakhir kenapa saya lebih memilih untuk belajar sendiri ?
Sebetulnya saya belajar
memahami Agama ini bukan tanpa guru melainkan saya belajar langsung dari Sang
Maha Pencipta dengan selalu meminta petunjuk Nya, karena saya yakin bahwa Allah
Maha Mengetahui segala bisikan hati setiap makhluk Nya.
S U R A T
A T - T A G H A B U N
64:4. Dia mengetahui apa yang ada di langit dan
di bumi, dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati.
S U R A T A L - B A Q A R
A H
2:1. Alif Laam Miim.
2:2. Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan
padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
2:3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang
gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami
anugerahkan kepada mereka,
2:4. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al
Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan
sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
2:5. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk
dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
Dan
sayapun belajar dari kisah Nabi Ibrahim
yang merupakan Bapaknya Tauhid, bagaimana perjuangan beliau untuk terlepas dari
kemusyrikan dan akhirnya menemukan Sang Maha Pencipta , Tuhan yang sebenarnya lewat
tanda-tanda kekuasaan yang Allah perlihatkan kepadanya dengan menggunakan Logika,
Rasionalitas, Perasaan dan Akal Sehatnya sehingga Nabi Ibrahim bisa menikmati
manisnya kemurnian Tauhid.
Inilah
kisah Nabi Ibrahim yang Allah informasikan lewat Al-Qur’an yang menjadi sumber
inspirasi bagi saya dalam memahami agama dan hidup ini.
S U R A T
A L - A N ' A A M
6:74. Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata
kepada bapaknya Aazar: "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai
tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang
nyata".
6:75. Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada
Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi, dan
(Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin.
6:76. Ketika malam telah menjadi gelap, dia
melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku" Tetapi
tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: Saya tidak suka kepada yang
tenggelam".
6:77. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit
dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam dia
berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku,
pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat".
6:78. Kemudian tatkala dia melihat matahari
terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar", maka
tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: "Hai kaumku,
sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
6:79. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku
kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama
yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
6:80. Dan dia dibantah oleh kaumnya. Dia
berkata: Apakah kamu hendak membantahku tentang Allah, padahal sesungguhnya
Allah telah memberi petunjuk kepadaku. Dan aku tidak takut kepada (malapetaka
dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali di kala
Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi
segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)?
6:81. Bagaimana aku takut kepada
sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak
takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak
menurunkan hujah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Maka manakah di antara dua
golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu
mengetahui?"
6:82. Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampur adukkan iman mereka dengan kelaliman (syirik), mereka itulah
orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk.
6:83. Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan
kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami
kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya
Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
Bersambung
Cikampek 20 Juni 2013
Wassalam
Penulis
Juhdi Mulyadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar