Kamis, 20 Juni 2013

Pemahaman Umat



Serial Obrolan Hangat Bagian 1


 

PEMAHAMAN UMAT TERHADAP AGAMANYA SENDIRI

Oleh : Juhdi Mulyadi

Suatu hari saya diskusi dengan seorang teman lama dengan topik perkembangan dan pemahaman umat Islam terhadap Agama nya sendiri dan kebetulan dia sedang belajar mendalami Agama Islam dari salah satu golongan atau kelompok yang menurut dia sangat cocok dalam memberikan pencerahan terhadap apa yang selama ini dia cari meskipun agak sedikit fanatik namun dia lebih moderat, dan dia tahu bahwa saya bukanlah jamaah dari golongan tertentu.


Diskusi ini sangat menarik karena saya bisa bertukar pikiran dengan dia meskipun saya yang dijadikan objek dalam diskusi ini dan sepertinya dia mau mengajak saya untuk masuk dalam jamaahnya dia, namun tidak apalah karena saya ingin belajar untuk selalu berpikir positif dan sekaligus memahami pola pikir orang yang terkungkung dalam pemikiran jamaahnya.
Diskusi dimulai dari pertanyaan – pertanyaan yang dia ajukan kepada saya :


Pertanyaan 1 :


Kenapa ente tidak mau masuk menjadi jamaah dalam kelompok tertentu ? Hati-hati lho..belajar sendiri nanti gurunya setan, apalagi belajar Al-Qur’an itu harus tahu Ilmu Hadist, bahasa Arab, tahu Asbabun Nuzulnya, tahu Kitab-kitab Tafsir dan yang penting harus ada guru yang ahli dibidang ilmu Al-Qur’an yaitu para Ulama.


Jawaban 1 :


Saya tidak tertarik untuk menjadi jamaah dari salah satu kelompok atau golongan tertentu karena saya ingin mendalami agama secara Objektif dan bukan secara Subjektif, sehingga pemikiran saya akan lebih bebas dan terbuka dalam menganalisa dan memahami permasalahan yang ada dan lebih siap dalam meghadapi segala bentuk perbedaan. Tentunya kesendirian saya ini bukan berarti saya menggunakan pendapat pribadi sebagai dalil atau hujah melainkan selalu mengacu pada sumber dari segala sumber hukum yaitu Al-Qur’an.


Bila kita masuk dalam jamaah tertentu maka pola pikir kitapun akan digiring kedalam pemahaman sesuai dengan kebijakan dari kelompok tersebut jadi sedikitnya akan membatasi keobjektifan kita dalam berpikir dan menganalisa suatu masalah. Dan biasanya kita akan menganggap bahwa kelompoknyalah yang paling benar karena dalil-dalilnya paling akurat, sementara kelompok lain itu salah dan pemimpinnyalah yang paling ahli dan paling pintar sementara kelompok lain tidak. Akhirnya masuklah dia dalam perangkap Peng-Kultus-an Individu dan Fanatisme Golongan yang bisa menggerogoti kemurnian dari Tauhid kita. [ baca juga : Artikel tentang ” Tauhid ”, disini ]


Inilah pemikiran yang mau saya hindari dan jauhi sejauh-jauhnya! Karena menurut saya agama Islam itu satu-satunya agama di dunia yang tidak bersifat Dogmatis dan Al-Qur’an yang merupakan satu-satunya Kitab Suci di dunia yang paling terjamin keasliannya, bukanlah milik para Ustadz, Kyai ataupun Ulama untuk mengkaji dan mempelajarinya serta bukan merupakan hak prerogatif mereka untuk menafsirkan makna dan menyatakan bahwa tafsir mereka yang paling benar dan yang paling mendekati  kebenaran Mutlak sehingga semua harus mengacu pada penafsirannya dengan metode Taklid ” tidak boleh tidak ”.


Bagaimana hal ini bisa diikuti sebagai standard mutlak yang harus dijalankan oleh seseorang yang akan mulai  belajar memahami Al-Qur’an. Dengan begitu banyaknya  kitab tafsir yang bisa dijadikan sumber, dimana masing-masing kitab tafsir tersebut bisa saja berbeda satu sama lain dalam memahami atau menafsirkan suatu ayat.


Dia tidak menyadari bahwa kenapa selama ini banyak terjadi perbedaan yang menyebabkan bermunculannya  kelompok-kelompok, jamaah-jamaah, organisasi-organisasi, aliran-aliran dan sebagainya yang masing-masing memiliki dalil atau hujah favoritnya dimana satu sama lain saling mempertahankan argumentasinya sehingga  tidak ada lagi ruang  untuk mempersatukan persepsi atau pemahaman.


Perbedaan itu sah-sah saja dan saya pun tidak mempersoalkan itu, namun kalau merasa dirinya atau kelompoknya yang paling benar, maka  itulah yang menjadi masalah besar ! Sementara Kebenaran hanyalah milik Allah SWT. Saya pun memakluminya karena kita hidup jauh setelah masa Rasulullah.
Seperti halnya dalam suatu konser musik yang tentunya memakai berbagai alat musik dengan karakter suara yang dihasilkan oleh masing-masing alat musik tersebut pastinya berbeda ditambah suara penyanyinya yang juga beda , namun karena acuan dan tujuan semuanya sama maka perbedaan karakter suara itu bisa menghasilkan harmonisasi nada yang indah dan nikmat untuk didengar meski tanpa dirigen sekalipun.


Namun apa yang akan terjadi bila masing-masing alat musik tersebut merasa yang paling punya karakter dan paling hebat sehingga satu sama lain ingin saling mengalahkan dan ingin menjadi pemenangnya , ditambah lagi sang penyanyi yang merasa punya suara bagus, maka dia bernyanyi seenak udelnya tanpa menghiraukan irama musik yang memang juga kacau. Tentunya anda bisa membayangkan sendiri bagaimana kekacauan yang akan terjadi dengan konser musik tersebut hehehehe, dijamin dech..penontonnya pada ngacir.


Atau analogi yang lain : Bagaimana harmonisasi bumbu pada suatu hidangan bisa menghasilkan sensasi kenikmatan yang luar biasa saat memasuki mulut kita, namun apakah yang akan terjadi bila masing-masing bumbu ingin eksis dalam hidangan tersebut , misalnya yang ingin eksis itu garam, atau gula, atau asam cuka ? Namun itupun tergantung dari masing-masing selera orang karena ada juga orang yang suka asin, suka manis, suka asam, suka pedas  dan lain-lain. Namun bagi yang suka keseimbangan maka kata ” terlalu ” itu menjadi sesuatu yang bisa mengurangi sensasi kenikmatan rasa tersebut.

Coba pahami dua ayat berikut ini :


 S U R A T   A L - A N ' A A M

6:159. Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.

S U R A T   A L - M U ' M I N U N

23:53. Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing).


Inilah gambaran yang terjadi pada umat sekarang dimana show-show konser sudah tidak lagi banyak penggemarnya, namun meski begitu cara-cara lama dalam menarik simpati orang masih saja tetap digunakan sehingga orang malah semakin menjauh dan menjauh yang akhirnya mereka mengenal konser tersebut hanya sebatas brosur dan slogannya saja, kondisi yang meprihatinkan ini ditambah lagi dengan banyaknya penyanyi – penyanyi yang bersolo karir, meski dengan suara yang pas-pasan namun karena merasa memiliki sesuatu yang menjadi nilai jualnya maka ia pun bisa sukses meraup keuntungan. Mudah-mudahan pembaca bisa memahami analogi yang saya buat ini.


Saya bukanlah orang yang anti jamaah, kelompok atau golongan, silahkan saja terserah pilihan masing-masing orang yang penting tidak saling mengkafirkan dan saling menyalahkan yang membuat umat semakin bingung dan akhirnya malah menjauh. Saya juga menghormati para Ulama, Kyai, ustadz baik yang sekarang maupun yang terdahulu dengan karya-karyanya juga termasuk anda yang memiliki interpretasi dan cara pandang yang berbeda dalam menyikapi masalah agama.


Kemunculan pemikiran bahwa kalau belajar Al – Qur’an “ sendirian “ maka gurunya setan, Hahahahaha saya tertawa, bukannya ngeledek tapi saya merasa lucu saja karena mungkin saking takutnya dia disesatkan oleh setan maka dia lebih memilih untuk tidak membaca apalagi mengkaji Al-Qur’an, sehingga dia merasa lebih aman bila jauh dari Al-Qur'an ….. hehehehehe, menurut saya sich ini merupakan kondisi kritis yang sangat berbahaya. Seharusnya tugas para Ustadz, Ulama dan dan Kyai untuk mengajak dan mendorong serta memberikan motivasi agar umat mau belajar memahami dan mengkaji Al-Qur’an, dan bukan hanya membaca huruf Arabnya saja. 


Sungguh kasihan karena mereka tidak tahu bahwa di dalam Al-Qur’an itu berisi berbagai informasi-informasi yang sangat penting dan akurat seperti misalnya mengenai Siapakah Sang Pencipta Alam Semesta ini,  mengenai Perintah dan Larangan, mengenai kehidupan di Dunia dan di Akhirat kelak dan sebagainya :


S U R A T   A L - N A H L

16:98. Apabila kamu membaca Al Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.

16:99. Sesungguhnya setan ini tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya.

16:100. Sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.

Padahal Al-Qur’an ini berisi penjelasan yang sempurna bagi manusia, tapi kenapa manusia malah menjahuhinya dan malah lebih percaya pada perkataan dan pendapat manusia lagi yang belum tentu dijamin kebenarannya.

S U R A T   I B R A H I M
14:52. (Al Qur'an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.

S U R A T   A L - H I J R

15:1. Alif, laam, raa. (Surat) ini adalah (sebagian dari) ayat-ayat Al-Kitab (yang sempurna), yaitu (ayat-ayat) Al Qur'an yang memberi penjelasan.

Untuk mengakaji Al-Qur’an itu perlu mengerti Ilmu Hadist,  mengerti Bahasa Arab, Asbabun Nuzul, Kitab Tafsir dan orang yang dianggap  ahli dalam ilmu Al-Qur’an yaitu para Ulama.
Pemikiran inilah yang semakin menjauhkan umat dari  Al-Qur’an, karena dalam benak mereka tertanam sugesti bahwa Al-Qur’an itu sangat susah dan tidak boleh sembarang orang untuk mempelajari dan mengkajinya apalagi menafsirkannya, coba saja anda bayangkan perlu berapa lama kita bisa mengerti dan fasih dalam bahasa Arab ? Apakah selama itu pula kita tidak boleh memahami dan mengkaji Al-Qur’an ?


Apakah semua ayat Al-Qur’an itu memiliki Asbabun Nuzul dan Tafsirnya ? Atau apakah semua ayat Al-Qur’an itu bisa dijelaskan oleh Hadist ? Terus apakah yang menjadi kriteria bahwa seseorang itu bisa dikatakan ahli dalam bidang Al-Qur’an ? apakah gelar ustadz, Kyai, Ulama atau gelar S.ag dan Lc  dibelakang namanya ? karena saya yakin orang yang dianggap ahlipun didalam hatinya dia mengakui dan merasa bahwa dia bukanlah seorang ahli tafsir seperti anggapan orang mengenai dirinya.


Nah, Apakah Hadist, Tafsir dan Asbabun Nuzul  bisa menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an di bawah ini  


S U R A T   A L - I M R O N

3:7. Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari isi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.

S U R A T   A L - A N B I Y A

21:30. Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?

S U R A T   A L - B A Q A R A H

2:22. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.

Saya juga bukanlah orang yang anti terhadap Hadist, Kitab Tafsir, Asbabun Nuzul dan lain-lain, namun disini saya mengajak kita semua untuk tidak berpikir secara kontekstual karena Al-Qur’an ini bersipat dinamis, Al-Qur’an menganjurkan manusia menggunakan Logika, Rasionalitas dibarengi dengan Perasaan dan Akal Sehat dalam memahami Ayat-ayat Nya yang terhampar luas yang tentunya ini akan menjadi pelajaran bagi orang yang mau memikirkannya karena Al-Qur’an ini pun sudah dijelaskan secara terperinci.

S U R A T   H U U D 


11:1. Alif Laam Raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu,

 S U R A T   A L - B A Q A R A H

2:269. Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).

S U R A T   A L - I M R O N

3:190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,

S U R A T   A L - I M R O N

3:191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

S U R A T   A L - J A T S I Y A H

45:13. Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.

Dan jawaban terakhir kenapa saya lebih memilih untuk belajar sendiri ?
Sebetulnya saya belajar memahami Agama ini bukan tanpa guru melainkan saya belajar langsung dari Sang Maha Pencipta dengan selalu meminta petunjuk Nya, karena saya yakin bahwa Allah Maha Mengetahui segala bisikan hati setiap makhluk Nya.


S U R A T   A T - T A G H A B U N

64:4. Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati.

S U R A T   A L - B A Q A R A H


2:1. Alif Laam Miim.

2:2. Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,

2:3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka,

2:4. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.

2:5. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.

Dan sayapun belajar dari kisah Nabi Ibrahim yang merupakan Bapaknya Tauhid, bagaimana perjuangan beliau untuk terlepas dari kemusyrikan dan akhirnya menemukan Sang Maha Pencipta , Tuhan yang sebenarnya lewat tanda-tanda kekuasaan yang Allah perlihatkan kepadanya dengan menggunakan Logika, Rasionalitas, Perasaan dan Akal Sehatnya sehingga Nabi Ibrahim bisa menikmati manisnya kemurnian Tauhid.


Inilah kisah Nabi Ibrahim yang Allah informasikan lewat Al-Qur’an yang menjadi sumber inspirasi bagi saya dalam memahami agama dan hidup ini.

S U R A T   A L - A N ' A A M

6:74. Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata".

6:75. Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin.

6:76. Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku" Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: Saya tidak suka kepada yang tenggelam".

6:77. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat".

6:78. Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar", maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.

6:79. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.

6:80. Dan dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata: Apakah kamu hendak membantahku tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku. Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)?

6:81. Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?"

6:82. Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kelaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.

6:83. Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat.  Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.

Bersambung

Cikampek 20 Juni 2013
Wassalam
Penulis
Juhdi Mulyadi

Tidak ada komentar:

Blog Hidup Untuk Tafakur

Assalamualaikum Wr. Wb.

Terimakasih para pembaca yang Budiman atas kunjungannya di Blog Hidup Untuk Tafakur ini.

Posting tulisan ini merupakan tulisan original dan bukan merupakan hasil Copy Paste dari Blog , Website atau sumber manapun dengan tujuan untuk memberikan alternative lain dalam mempelajari Agama agar kita bisa menemukan Sang Maha Pencipta dan merasakan kehadiran-Nya dalam setiap helaan nafas sampai hembusannya yang terakhir.

Kecuali untuk Kategori Buku, IPTEK dan Pengetahuan Umum.

Mari kita hilangkan segala bentuk perbedaan dengan kembali kepada Al-Qur'an sebagai sumber rujukan.

Bila berkenan, silahkan memberikan komentar, saran dan kritik membangun, juga dipersilahkan untuk menyebarkan dan membagikan tulisan ini secara Gratis.

Dan bagi yang mau copy paste tulisan ini, mohon untuk mencantumkan sumbernya.

Mari kita berbagi Ilmu yang Bermanfaat untuk mendapatkan Rida dan Rahmat dari-Nya.

Wassalam
Penulis
Juhdi Mulyadi

Laman

Sumber Inspirasi Penulis



Belajar Memahami Hidup dengan Metode Tafakur dan Tadzakur.

S U R A T I B R A H I M

14:52. (Al Qur'an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.

S U R A T A L - I M R O N

3:18. Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

S U R A T Y U N U S

10:24. Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir.

S U R A T A L - B A Q A R A H

2:164. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

S U R A T A L - I M R O N

3:191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

S U R A T A R - R A ' D U

13:3. Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

S U R A T A R - R U U M

30:8. Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?, Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya.


S U R A T A L - A ' R A F

7:146. Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat (Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai daripadanya.

7:179. Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.